
Padang,92news.id – Pengusaha ekspor asal Sumatera Barat, Marta Gunawan, menyoroti kondisi Pelabuhan Teluk Bayur yang dinilai belum optimal mendukung aktivitas ekspor dari daerah tersebut. Akibatnya, banyak pelaku usaha lebih memilih menggunakan Pelabuhan Belawan (Sumatera Utara) dan Dumai (Riau) sebagai jalur utama pengiriman barang ke luar negeri.
Menurut Marta, meskipun Teluk Bayur memiliki posisi strategis di pantai barat Sumatera, pelabuhan ini masih kalah bersaing dari sisi infrastruktur, efisiensi layanan, dan biaya logistik.
“Secara geografis, Teluk Bayur sangat potensial menjadi pintu ekspor utama Sumatera bagian barat. Tapi dalam praktiknya, pengusaha banyak yang terpaksa menggunakan pelabuhan Belawan atau Dumai karena fasilitas di sana jauh lebih memadai,” ujar Marta Gunawan di Padang, Kamis (13/11/2025).
Ia menjelaskan, kedalaman alur pelayaran dan fasilitas bongkar muat di Teluk Bayur masih menjadi kendala utama. Teluk Bayur lebih banyak melayani muatan curah (bulk) seperti semen, batu bara, dan CPO, bukan container ekspor skala besar.
“Kalau lewat Belawan atau Dumai, kapal besar bisa langsung berangkat ke luar negeri tanpa transit. Di Teluk Bayur, sering kali harus pindah muatan dulu, dan ini tentu menambah biaya operasional,” jelas Marta.
Selain faktor pelabuhan, akses jalan dari sentra produksi ke Teluk Bayur juga dinilai belum efisien. Truk pengangkut barang ekspor kerap terhambat oleh kondisi jalan yang sempit dan padat, sementara jalur ke Belawan dan Dumai sudah terhubung dengan jalan tol dan infrastruktur pendukung yang lebih baik.
“Kita berharap pemerintah daerah dan pusat bisa memperhatikan hal ini. Kalau Teluk Bayur dibenahi, tentu pengusaha di Sumatera Barat akan lebih memilih ekspor dari daerah sendiri,” kata Marta.
Enterpreneur muda asal Sumbar ini juga menambahkan, pelabuhan-pelabuhan tersebut sudah menjadi hub ekspor nasional, sementara Teluk Bayur masih perlu dukungan dari berbagai pihak agar bisa bersaing.
“Sumatera Barat punya banyak komoditas potensial seperti pinang, gambir, dan produk IKM. Tapi kalau biaya logistik tinggi, kita kalah bersaing di pasar ekspor,” ujarnya.
Sebagai pelaku usaha, Marta berharap Teluk Bayur mendapat prioritas dalam program modernisasi pelabuhan nasional, sehingga dapat menjadi motor penggerak ekspor Sumatera bagian barat dan mengurangi ketergantungan pada pelabuhan di provinsi lain. (***)

















